GrahaMulya Hotel, 13 Des 2012 | |||||
BEST PRACTICES
MOTIVASI DAN KERJA KELOMPOK KECIL
SOLUSI DALAM MENYELESAIKAN TAGIHAN MGMP IPA
KECAMATAN LUWUK
oleh M. Ishak
Ismail
(Sekretaris
MGMP IPA Kecamatan Luwuk kabupaten Banggai)
Era peningkatan mutu pendidikan dewasa
ini menjadi salah satu dasar pendirian Musyawarah Guru Mata Pelajaran IPA
Kecamatan Luwuk kabupaten Banggai provinsi Sulawesi Tengah. Guru harus
profesioanl agar dalam merencanakan, melaksanakan maupun mengevaluasi
pembelajaran terlaksana dengan proses yang berkualitas serta memperoleh hasil
yang berkulitas pula.
Menyusul dicanangkannya program bermutu,
MGMP IPA kecamatan Luwuk mendapat kepercayaan dari pemerintah dengan
dikucurkannya dana bantuan kegiatan. MGMP IPA Luwuk bergabung dalam program ini
sejak tahun 2010, dan pada tahap pertama penulis sebagai sekertaris MGMP IPA
Luwuk menjadi salah satu peserta dalam Pendidikan dan Latihan (Diklat) Pemandu
yang dilaksanakan di Swis Hotel Palu sekitar pertengahan bulan November tahun 2010.
Ini merupakan kegiatan awal saya dalam berkecimpung di MGMP IPA yang
kegiatannya didanai oleh Program BERMUTU dan salah satu pengalaman berharga
yang saya peroleh dari kegiatan ini bahwa pengucuran dana program BERMUTU
kepada setiap kelompok MGMP digunakan dalam rangka membiayai kebutuhan bahan/alat
serta fasilitator pada kegiatan inservice dan kegiatan rutin selama 16 kali
pertemuan dan dibuktikan dengan berbagai dokumen kegiatan yang kemudian dikenal
dengan “tagihan”.
Sebagai guru, saya sempat tersentak
ketika Bapak Rusdi (pada saat itu bertindak sebagai ketua pelaksana kegiatan)
menyampaikan tentang pembuatan action
plan, schedule, dan bentuk laporan. Beliau mengatakan bahwa peserta MGMP
berkewajiban menindaklanjuti hasil pertemuan rutin dengan menyelesaikan
berbagai tugas mandiri dan tugas terstruktur sebagaimana terdapat dalam modul
belajar BBM generik dan BBM Mata Pelajaran, sedangkan pengurus MGMP selain
memiliki kewajiban yang sama dengan peserta, juga diwajibkan mengumpulkan
tagihan tersebut. Yang membuat saya tersentak adalah seberapa mampukah saya dan
guru peserta menyelesaikan tagihan tersebut sementara saya dan guru peserta
adalah guru dengan segudang tugas di sekolah tempat saya mengajar, disamping
tugas lain sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat? Pertanyaan ini menjadi motivasi bagi saya,
bahwa sebagai pengurus MGMP harus mampu memberikan pelayanan kepada anggota
bukan hanya sebatas materi pertemuan rutin, namun motivasi dibutuhkan oleh guru
peserta untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut.
Pada pertengahan bulan November 2010,
MGMP IPA kecamatan Luwuk memulai kegiatannya yang diawali dengan kegiatan
inservice selama dua hari penuh. Kemudian pada minggu berikutnya memasuki
kegiatan rutin-1, dan seterusnya. Masalah demi masalah mulai nampak, namun yang
paling menonjol adalah kelalaian guru peserta untuk menyelesaikan tagihan, yang
kian menumpuk akibat tidak dikumpulkan tepat waktunya, meskipun mereka mengumpulkan
tagihan, namun tidak sesuai dengan yang diharapkan karena tugas individu yang
diberikan seharusnya diselesaiakan melalui kreatifitas guru peserta yang
terbentuk setelah pemaparan materi namun kualitas tugas antara satu dengan yang
linnya memiliki corak yang sama dan tidak mencirikan suatu karya baru dari
individu tertentu.
Sebagai contoh guru pemandu memberikan
tugas individu yaitu memerintahkan guru peserta membuat catatan-catatan
pembelajaran pada saat melaksanakan pembelajaran di kelasnya dan dari catatan
tersebut diperintahkan untuk menyusun case
study sebagai bahan yang akan dipresentasikan pada pertemuan berikutnya
agar memudahkan dalam pembahasan materi pertemuan rutin-2 (klasifikasi masalah
pembelajaran) dan dari case study itu pula diharapkan menjadi
bahan dalam membuat contoh membuat rumusan masalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), namun yang terjadi, ketika pertemuan rutin-2 hanya 6 dari 21 orang guru
peserta yang dapat menyelesaikan tugas tersebut,
Banyak faktor yang menjadi penyebab,
namun berdasarkan keterangan yang dihimpun dari guru peserta, maka penulis
berkesimpulan bahwa tugas dalam bentuk tagihan tersebut tidak diselesaikan
disebabkan oleh kesibukan guru peserta baik di rumah maupun di sekolah, hal ini
kami dapat pahami mengingat kurang lebih 90% guru peserta berjenis kelamin
perempuan, dan 80% diantaranya telah
berumah tangga dengan berbagai kesibukan mengakibatkan lupa dan atau tidak
memiliki waktu menyelesaikan tagihan.
Beragam alasan tidak terselesaiakannya
tagihan pertemuan rutin -1 disampaikan oleh guru peserta ketika guru pemandu
meminta tagihan pada saat pertemuan rutin-2, diantaranya: (1) guru peserta
mengatakan tidak punya banyak waktu untuk menyelesaikan tagihan, (2) lupa
menyelesaikan tugas, (3) belum punya kesempatan membuat catatan pembelajaran di
kelas, dan (4) masih ragu dengan kemampuannya. Sebagai pengurus MGMP sedikit
agak kecewa, namun kekecewaan itu terobati karena masih ada beberapa orang guru
peserta menyelesaikan tagihan termasuk guru pemandu sehingga kegiatan pertemuan
rutin-2 masih dapat dilaksanakan. Sebagai pengurus MGMP IPA sangat memaklumi
alasan tersebut namun berharap kondisi ini tidak terulang pada pertemuan
berikutnya.
Berdasarkan pada masalah yang dihadapi oleh guru peserta
dalam menyelesaikan tagihan, maka
langkah pertama yang kami lakukan sebagai pengurus MGMP IPA adalah
memberikan pemahaman bahwa dengan menyelesaikan tugas atau tagihan akan
memberikan manfaat bagi guru peserta karena proses penyelesaiaannya secara
otomatis melatih guru peserta melakukan sesuatu atas apa yang sudah mereka
ketahui pada saat pertemuan rutin. Langkah ini dipilih sebagai upaya
membangkitkan motivasi yang kuat agar tetap memperhatikan tugas tanpa harus merasa
terbebani dengan tugas tersebut.
Pada pertemuan rutin-3 masalah serupa
lagi-lagi terjadi, guru peserta sepertinya sudah mulai lupa bahwa mereka
memiliki tagihan pertemuan rutin-1 yang seharusnya dikumpulkan lebih dulu,
namun kenyataannya tagihan itu tidak diselesaiakan. Dari penelusuran penulis yang bertindak
sebagai pemandu sekaligus sebagai pengurus MGMP diperoleh informasi bahwa disamping
tidak memiliki waktu yang cukup juga ada kemalasan dalam menyelesaikan tugas
tersebut sehingga kami berkesimpulan bahwa tugas tersebut tidak akan dapat
diselesaikan dalam waktu dekat. Dengan demikian jumlah tagihan yang tidak
terselesaikan sampai pada pertemuan rutin-3 sebanyak dua tagihan masing-masing case study dan identifikasi masalah
pembelajaran dikelasnya. Kondisi ini tidak menyurutkan semangat pemandu dan
pengurus MGMP karena masih ada beberapa orang guru peserta dengan rutin
mengumpulkan tagihan, sehingga kegiatan dapat berjalan sebagaimana jadwal
kegiatan.
Mengingat masalah yang dihadapi memiliki
kesamaan dengan masalah pada pertemuan rutin-2, maka kami berkesimpulan bahwa perlu
membangkitkan motivasi guru peserta untuk menyelesaikan tagihan, dalam hal ini
pengurus MGMP berupaya meyakinkan bahwa tagihan tersebut jangan dijadikan
sebagai beban yang memberatkan karena akan sulit untuk menyelesaikannnya, namun
dijadikan sebagai wadah dalam mengembangkan kreatifitas dan unjuk kemampuan, dan
yang paling penting pengurus menyampaikan bahwa kunci utama kesuksesan kegiatan
MGMP IPA kecamatan Luwuk terletak pada sejauh mana guru peserta menunjukkan
kegigihannya dalam mengikuti kegiatan
dan menyelesaikan tugas yang diberikan setiap akhir pertemuan. Sedangkan untuk
mengatasi kurangnya waktu dari peserta dalam menyelesaikan tugasnya, maka
pengurus tetap pada keputusan awal bahwa waktu penyelesaian tagihan selama
kurang lebih dua pekan.
Motivasi sangat menentukan kemauan seseorang dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan kepadanya, dengan adanya motivasi maka seseorang akan berupaya
mencapai sesuatu yang diinginkan. Tugas diberikan setiap akhir pertemuan
dimaksudkan untuk mengembangkan pemahaman guru peserta atas materi kegiatan
pertemuan rutin, artinya pemahaman guru peserta akan semakin berkembang seiring
dengan adanya tindakan nyata di kelas atas apa yang telah mereka peroleh pada
saat kegiatan rutin, sehingga pengurus MGMP sangat berharap bahwa penyelesaian
tugas berdampak pada berkembangnya pemahaman dan meningkatnya kualitas proses
pembelajaran. Jika pada awal kegiatan guru peserta menyatakan bahwa tugas atau tagihan hanya membebani mereka,
maka melalui pemberian motivasi setiap akhir pertemuan rutin, pengurus MGMP berupaya
membalikkan fakta dari beban menjadi kebutuhan yang dapat memuaskan guru dalam
melaksanakan tugas pokoknya.
Meskipun upaya dalam membangkitkan
motivasi menyelesaikan tugas terus dilakukan dapat memberikan dampak positif
karena terbukti sampai pada akhir pertemuan rutin (pertemuan 16) beberapa orang
guru peserta MGMP dapat menyelesaikan tugas atau tagihannya tepat waktunya,
selebihnya diselesaiakan diluar waktu yang telah disepakati.
Keterlambatan mereka mengumpulkan
tagihan bukan karena tanpa alasan, namun kami sebagai pengurus MGMP sangat
menyadari bahwa tidak perlu melakukan hal-hal yang berlebihan kepada mereka
yang belum mengumpulkan tagihan karena dapat memicu timbulnya kesalahpahaman,
namun yang paling penting yang harus segerah diselesaikan adalah memilah dan
memilih tagihan tebaik lalu membenahi isinya untuk dijadikan sebagai lampiran
dokumen pada laporan pelaksanaan kegiatan MGMP, disamping mencari solusi agar
kejadian seperti yang telah diuraian sebelumnya tidak terulang lagi pada
kegitan MGMP tahap berikutnya.
Berbekal pengalaman pada pelaksanaan
pertemuan rutin pada MGMP IPA tahap – 1 tahun 2010, maka pada tahun anggaran 2011 pelaksanaan kegiatan MGMP
IPA diawali dengan pembuatan rancangan kegiatan dengan menghadirkan seluruh
anggota agar dapat berpartisipasi memberi sumbangan pemikiran khususnya bentuk
dan teknik pelaksanaan kegiatan MGMP, peserta memiliki kedudukan yang sama
dengan pengurus, memiliki tanggungjawab dan memiliki hak untuk menolak atau
mengajukan pendapat. Khusus bentuk tagihan, maka pengurus lebih dulu
menyampaikan kegiatan MGMP ini tidak jauh berbeda dengan kegiatan MGMP
sebelumnya bentuk tagihan yang akan dikumpulkan tetap mengacu pada petunjuk
teknis dari proyek BERMUTU.
Awal kegiatan dengan materi tentang
Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB),
guru peserta hanya diberikan tugas mandiri tentang pengisian lembar penilaian
kinerja untuk kemudian di putuskan kelayakan syarat dapat atau tidak naik
pangkat dalam waktu tertentu.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis
yang juga sebagai sekertaris MGMP IPA kecamatan Luwuk kabupaten Banggai bahwa
lebih dari 90% guru peserta dapat
menyelesaikan tagihan tersebut tepat waktunya, karena ketika pemandu meminta
untuk memperlihatkan tagihannya, hanya 2 orang guru peserta yang tidak memiliki
tugas, artinya 17 orang diantaranya dengan
mudah mampu menyelesaikan tugas tersebut meskipun kualitasnya belum dapat
diputuskan pada saat itu karena masih perlu pemeriksaan, hal serupa juga
terjadi pada tugas pertemuan rutin-2 dan rutin-3. Kesimpulan sementara bahwa
tingkat kesulitan tugas berpengaruh pada ketepatan waktu penyelesaian tugas
tersebut, artinya tugas atau tagihan yang diberikan oleh pemandu lebih mudah
dalam penyelesaiannya sehingga guru peserta dapat menyelesaikan tepat waktu.
Permasalahan penyelesaian tagihan nampak
pada pertengahan kegiatan rutin tepatnya pada pertemuan rutin-7, namun masalah
kali ini agak berbeda dengan masalah yang ditemukan pada kegiatan MGMP tahap -1
dimana sudah nampak pada guru peserta
tanda-tanda kebosanan menyelesaiakan tugas tetapi tidak diutarakan secara
terbuka ini terlihat ketika pengurus meminta tugas yang diberikan oleh pemandu
berupa tulisan singkat berbentuk Karya Tulis Ilmiah (KTI) dalam bidang
pendidikan. Guru pemandu telah berupaya memberikan tugas sesederhana mungkin
karena mereka diberikan kebebasan untuk memilih judul dan jenis KTI baik non
fiksi atau hasil pengalaman dalam pembelajaran di kelas masing-masing guru
peserta maupun KTI fiksi berdasarkan pemikiran penulis, namun tidak ada guru peserta yang dapat menyelesaikan
tepat waktunya.
Pembuatan karya tulis ilmiah memang
sedikit menyita waktu guru peserta, Pengurus MGMP sendiri mengalaminya karena
untuk membuat tulisan satu pragraf saja diperlukan waktu beberapa jam lagi pula
hanya dapat diselesaikan dalam kondisi konsentrasi yang tinggi, ditambah adanya
kekhawatiran bahwa tulisan yang dibuat kurang baik dan akhirnya lebih memilih
untuk tidak melakukannya. Suatu ketika pengurus MGMP menawarkan tagihan menulis
karya tulis ilmiah, serentak guru peserta menjawab lebih memilih tugas lain
ketimbang membuat karya tulis ilmiah, meskipun mereka mengetahui bahwa tugas
ini bagian dari pengembangan keprofesiannnya sehingga tidak dapat dihindari,
namun katanya itu nanti jika sudah sangat mendesak.
Untuk keluar dari permasalahan ini,
pengurus MGMP berpendapat bahwa mereka tidak perlu lagi diberikan kata-kata
penyemangat atau kata-kata motivasi karena sudah sangat mengetahui manfaat dari
membuat karya tulis ilmiah dalam rangka akan diberlakukannya Permenpan Nomor 16
tahun 2009 tentang angka kredit guru dan reformasi birokrasi pada tahun 2013
yang menyatakan bahwa salah satu syarat untuk dapat diangkat dalam pangkat
minimal golongan IIIc, maka guru harus dapat mengumpulkan angka kredit dari
publikasi ilmiah dalam bidang pendidikan.
Sangat penting materi pembuatan karya
tulis ilmiah, namun lebih penting lagi jika guru peserta diberikan latihan
membuat karya tulis ditempat pertemuan rutin, sehingga pengurus MGMP IPA
kecamatan Luwuk berkesimpulan bahwa untuk dapat keluar dari permasalahan ini,
maka guru peserta perlu dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang
beranggotakan 4 orang guru, sehingga tagihan ini tidak lagi menjadi tagihan
individu melainkan tagihan kelompok dan cara penyelesaiannyapun secara
bersama-sama ditempat pertemuan rutin. Masalahnya kemudian dari mana mereka
dapat memperoleh sumber referensi, maka disepakati agar mereka menyiapkan
laptop yang dapat terhubung dengan internet dan kebetulan secretariat MGMP IPA kecamatan
Luwuk di SMP Negeri 2 Luwuk yang selama ini dijadikan sebagai tempat pertemuan
rutin memiliki jaringan internet. Dengan cara ini ternyata berhasil, tidak
lebih dari 3 jam setiap kelompok berhasil membuat tulisan, meskipun tulisannya
sangat sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan.
Berdasarkan ulasan tersebut diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa masalah pokok pengurus MGMP IPA kecamatan Luwuk adalah
sulit mengumpulkan tugas atau tagihan tepat waktu. Solusi yang ditempuh adalah
(1) Memberikan motivasi dan dorongan semangat secara berkala kepada seluruh
guru peserta setiap akhir kegiatan, (2) Mengelompokkan guru peserta dalam
kelompok kecil beranggotakan 4 orang anggota, lalu duduk bersama menyelesaikan
tugas, (3) Menyiapkan fasilitas dan media yang dapat menunjang penyelesaian
tugas tersebut.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
DAFTAR HADIR
PESERTA
2.
TAGIHAN CASE
STUDY
3.
TAGIHAN KARYA
TULIS ILMIAH