Kamis, 13 Desember 2012










GrahaMulya Hotel,  13 Des 2012










BEST PRACTICES

MOTIVASI DAN KERJA KELOMPOK KECIL
SOLUSI DALAM MENYELESAIKAN TAGIHAN MGMP IPA KECAMATAN LUWUK
 oleh M. Ishak Ismail
(Sekretaris MGMP IPA Kecamatan Luwuk kabupaten Banggai)

Era peningkatan mutu pendidikan dewasa ini menjadi salah satu dasar pendirian Musyawarah Guru Mata Pelajaran IPA Kecamatan Luwuk kabupaten Banggai provinsi Sulawesi Tengah. Guru harus profesioanl agar dalam merencanakan, melaksanakan maupun mengevaluasi pembelajaran terlaksana dengan proses yang berkualitas serta memperoleh hasil yang berkulitas pula.
Menyusul dicanangkannya program bermutu, MGMP IPA kecamatan Luwuk mendapat kepercayaan dari pemerintah dengan dikucurkannya dana bantuan kegiatan. MGMP IPA Luwuk bergabung dalam program ini sejak tahun 2010, dan pada tahap pertama penulis sebagai sekertaris MGMP IPA Luwuk menjadi salah satu peserta dalam Pendidikan dan Latihan (Diklat) Pemandu yang dilaksanakan di Swis Hotel Palu sekitar pertengahan bulan November tahun 2010. Ini merupakan kegiatan awal saya dalam berkecimpung di MGMP IPA yang kegiatannya didanai oleh Program BERMUTU dan salah satu pengalaman berharga yang saya peroleh dari kegiatan ini bahwa pengucuran dana program BERMUTU kepada setiap kelompok MGMP digunakan dalam rangka membiayai kebutuhan bahan/alat serta fasilitator pada kegiatan inservice dan kegiatan rutin selama 16 kali pertemuan dan dibuktikan dengan berbagai dokumen kegiatan yang kemudian dikenal dengan “tagihan”.
Sebagai guru, saya sempat tersentak ketika Bapak Rusdi (pada saat itu bertindak sebagai ketua pelaksana kegiatan) menyampaikan tentang pembuatan action plan, schedule, dan bentuk laporan. Beliau mengatakan bahwa peserta MGMP berkewajiban menindaklanjuti hasil pertemuan rutin dengan menyelesaikan berbagai tugas mandiri dan tugas terstruktur sebagaimana terdapat dalam modul belajar BBM generik dan BBM Mata Pelajaran, sedangkan pengurus MGMP selain memiliki kewajiban yang sama dengan peserta, juga diwajibkan mengumpulkan tagihan tersebut. Yang membuat saya tersentak adalah seberapa mampukah saya dan guru peserta menyelesaikan tagihan tersebut sementara saya dan guru peserta adalah guru dengan segudang tugas di sekolah tempat saya mengajar, disamping tugas lain sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat?  Pertanyaan ini menjadi motivasi bagi saya, bahwa sebagai pengurus MGMP harus mampu memberikan pelayanan kepada anggota bukan hanya sebatas materi pertemuan rutin, namun motivasi dibutuhkan oleh guru peserta untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut.
Pada pertengahan bulan November 2010, MGMP IPA kecamatan Luwuk memulai kegiatannya yang diawali dengan kegiatan inservice selama dua hari penuh. Kemudian pada minggu berikutnya memasuki kegiatan rutin-1, dan seterusnya. Masalah demi masalah mulai nampak, namun yang paling menonjol adalah kelalaian guru peserta untuk menyelesaikan tagihan, yang kian menumpuk akibat tidak dikumpulkan tepat waktunya, meskipun mereka mengumpulkan tagihan, namun tidak sesuai dengan yang diharapkan karena tugas individu yang diberikan seharusnya diselesaiakan melalui kreatifitas guru peserta yang terbentuk setelah pemaparan materi namun kualitas tugas antara satu dengan yang linnya memiliki corak yang sama dan tidak mencirikan suatu karya baru dari individu tertentu.
Sebagai contoh guru pemandu memberikan tugas individu yaitu memerintahkan guru peserta membuat catatan-catatan pembelajaran pada saat melaksanakan pembelajaran di kelasnya dan dari catatan tersebut diperintahkan untuk menyusun case study sebagai bahan yang akan dipresentasikan pada pertemuan berikutnya agar memudahkan dalam pembahasan materi pertemuan rutin-2 (klasifikasi masalah pembelajaran)  dan dari case study itu pula diharapkan menjadi bahan dalam membuat contoh membuat rumusan masalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), namun yang terjadi, ketika pertemuan rutin-2 hanya 6 dari 21 orang guru peserta yang dapat menyelesaikan tugas tersebut,
Banyak faktor yang menjadi penyebab, namun berdasarkan keterangan yang dihimpun dari guru peserta, maka penulis berkesimpulan bahwa tugas dalam bentuk tagihan tersebut tidak diselesaikan disebabkan oleh kesibukan guru peserta baik di rumah maupun di sekolah, hal ini kami dapat pahami mengingat kurang lebih 90% guru peserta berjenis kelamin perempuan, dan  80% diantaranya telah berumah tangga dengan berbagai kesibukan mengakibatkan lupa dan atau tidak memiliki waktu menyelesaikan tagihan.
Beragam alasan tidak terselesaiakannya tagihan pertemuan rutin -1 disampaikan oleh guru peserta ketika guru pemandu meminta tagihan pada saat pertemuan rutin-2, diantaranya: (1) guru peserta mengatakan tidak punya banyak waktu untuk menyelesaikan tagihan, (2) lupa menyelesaikan tugas, (3) belum punya kesempatan membuat catatan pembelajaran di kelas, dan (4) masih ragu dengan kemampuannya. Sebagai pengurus MGMP sedikit agak kecewa, namun kekecewaan itu terobati karena masih ada beberapa orang guru peserta menyelesaikan tagihan termasuk guru pemandu sehingga kegiatan pertemuan rutin-2 masih dapat dilaksanakan. Sebagai pengurus MGMP IPA sangat memaklumi alasan tersebut namun berharap kondisi ini tidak terulang pada pertemuan berikutnya.
Berdasarkan  pada masalah yang dihadapi oleh guru peserta dalam menyelesaikan tagihan, maka  langkah pertama yang kami lakukan sebagai pengurus MGMP IPA adalah memberikan pemahaman bahwa dengan menyelesaikan tugas atau tagihan akan memberikan manfaat bagi guru peserta karena proses penyelesaiaannya secara otomatis melatih guru peserta melakukan sesuatu atas apa yang sudah mereka ketahui pada saat pertemuan rutin. Langkah ini dipilih sebagai upaya membangkitkan motivasi yang kuat agar tetap memperhatikan tugas tanpa harus merasa terbebani dengan tugas tersebut.
Pada pertemuan rutin-3 masalah serupa lagi-lagi terjadi, guru peserta sepertinya sudah mulai lupa bahwa mereka memiliki tagihan pertemuan rutin-1 yang seharusnya dikumpulkan lebih dulu, namun kenyataannya tagihan itu tidak diselesaiakan.  Dari penelusuran penulis yang bertindak sebagai pemandu sekaligus sebagai pengurus MGMP diperoleh informasi bahwa disamping tidak memiliki waktu yang cukup juga ada kemalasan dalam menyelesaikan tugas tersebut sehingga kami berkesimpulan bahwa tugas tersebut tidak akan dapat diselesaikan dalam waktu dekat. Dengan demikian jumlah tagihan yang tidak terselesaikan sampai pada pertemuan rutin-3 sebanyak dua tagihan masing-masing case study dan identifikasi masalah pembelajaran dikelasnya. Kondisi ini tidak menyurutkan semangat pemandu dan pengurus MGMP karena masih ada beberapa orang guru peserta dengan rutin mengumpulkan tagihan, sehingga kegiatan dapat berjalan sebagaimana jadwal kegiatan. 
Mengingat masalah yang dihadapi memiliki kesamaan dengan masalah pada pertemuan rutin-2, maka kami berkesimpulan bahwa perlu membangkitkan motivasi guru peserta untuk menyelesaikan tagihan, dalam hal ini pengurus MGMP berupaya meyakinkan bahwa tagihan tersebut jangan dijadikan sebagai beban yang memberatkan karena akan sulit untuk menyelesaikannnya, namun dijadikan sebagai wadah dalam mengembangkan kreatifitas dan unjuk kemampuan, dan yang paling penting pengurus menyampaikan bahwa kunci utama kesuksesan kegiatan MGMP IPA kecamatan Luwuk terletak pada sejauh mana guru peserta menunjukkan kegigihannya dalam  mengikuti kegiatan dan menyelesaikan tugas yang diberikan setiap akhir pertemuan. Sedangkan untuk mengatasi kurangnya waktu dari peserta dalam menyelesaikan tugasnya, maka pengurus tetap pada keputusan awal bahwa waktu penyelesaian tagihan selama kurang lebih dua pekan.
Motivasi sangat menentukan kemauan  seseorang dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya, dengan adanya motivasi maka seseorang akan berupaya mencapai sesuatu yang diinginkan. Tugas diberikan setiap akhir pertemuan dimaksudkan untuk mengembangkan pemahaman guru peserta atas materi kegiatan pertemuan rutin, artinya pemahaman guru peserta akan semakin berkembang seiring dengan adanya tindakan nyata di kelas atas apa yang telah mereka peroleh pada saat kegiatan rutin, sehingga pengurus MGMP sangat berharap bahwa penyelesaian tugas berdampak pada berkembangnya pemahaman dan meningkatnya kualitas proses pembelajaran. Jika pada awal kegiatan guru peserta menyatakan bahwa  tugas atau tagihan hanya membebani mereka, maka melalui pemberian motivasi setiap akhir pertemuan rutin, pengurus MGMP berupaya membalikkan fakta dari beban menjadi kebutuhan yang dapat memuaskan guru dalam melaksanakan  tugas pokoknya.
Meskipun upaya dalam membangkitkan motivasi menyelesaikan tugas terus dilakukan dapat memberikan dampak positif karena terbukti sampai pada akhir pertemuan rutin (pertemuan 16) beberapa orang guru peserta MGMP dapat menyelesaikan tugas atau tagihannya tepat waktunya, selebihnya diselesaiakan diluar waktu yang telah disepakati.
Keterlambatan mereka mengumpulkan tagihan bukan karena tanpa alasan, namun kami sebagai pengurus MGMP sangat menyadari bahwa tidak perlu melakukan hal-hal yang berlebihan kepada mereka yang belum mengumpulkan tagihan karena dapat memicu timbulnya kesalahpahaman, namun yang paling penting yang harus segerah diselesaikan adalah memilah dan memilih tagihan tebaik lalu membenahi isinya untuk dijadikan sebagai lampiran dokumen pada laporan pelaksanaan kegiatan MGMP, disamping mencari solusi agar kejadian seperti yang telah diuraian sebelumnya tidak terulang lagi pada kegitan MGMP tahap berikutnya.
Berbekal pengalaman pada pelaksanaan pertemuan rutin pada MGMP IPA tahap – 1 tahun 2010, maka pada  tahun anggaran 2011 pelaksanaan kegiatan MGMP IPA diawali dengan pembuatan rancangan kegiatan dengan menghadirkan seluruh anggota agar dapat berpartisipasi memberi sumbangan pemikiran khususnya bentuk dan teknik pelaksanaan kegiatan MGMP, peserta memiliki kedudukan yang sama dengan pengurus, memiliki tanggungjawab dan memiliki hak untuk menolak atau mengajukan pendapat. Khusus bentuk tagihan, maka pengurus lebih dulu menyampaikan kegiatan MGMP ini tidak jauh berbeda dengan kegiatan MGMP sebelumnya bentuk tagihan yang akan dikumpulkan tetap mengacu pada petunjuk teknis dari proyek BERMUTU.
Awal kegiatan dengan materi tentang Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), guru peserta hanya diberikan tugas mandiri tentang pengisian lembar penilaian kinerja untuk kemudian di putuskan kelayakan syarat dapat atau tidak naik pangkat dalam waktu tertentu.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis yang juga sebagai sekertaris MGMP IPA kecamatan Luwuk kabupaten Banggai bahwa lebih dari 90%  guru peserta dapat menyelesaikan tagihan tersebut tepat waktunya, karena ketika pemandu meminta untuk memperlihatkan tagihannya, hanya 2 orang guru peserta yang tidak memiliki tugas, artinya 17 orang diantaranya  dengan mudah mampu menyelesaikan tugas tersebut meskipun kualitasnya belum dapat diputuskan pada saat itu karena masih perlu pemeriksaan, hal serupa juga terjadi pada tugas pertemuan rutin-2 dan rutin-3. Kesimpulan sementara bahwa tingkat kesulitan tugas berpengaruh pada ketepatan waktu penyelesaian tugas tersebut, artinya tugas atau tagihan yang diberikan oleh pemandu lebih mudah dalam penyelesaiannya sehingga guru peserta dapat menyelesaikan tepat waktu.
Permasalahan penyelesaian tagihan nampak pada pertengahan kegiatan rutin tepatnya pada pertemuan rutin-7, namun masalah kali ini agak berbeda dengan masalah yang ditemukan pada kegiatan MGMP tahap -1  dimana sudah nampak pada guru peserta tanda-tanda kebosanan menyelesaiakan tugas tetapi tidak diutarakan secara terbuka ini terlihat ketika pengurus meminta tugas yang diberikan oleh pemandu berupa tulisan singkat berbentuk Karya Tulis Ilmiah (KTI) dalam bidang pendidikan. Guru pemandu telah berupaya memberikan tugas sesederhana mungkin karena mereka diberikan kebebasan untuk memilih judul dan jenis KTI baik non fiksi atau hasil pengalaman dalam pembelajaran di kelas masing-masing guru peserta maupun KTI fiksi berdasarkan pemikiran penulis, namun  tidak ada guru peserta yang dapat menyelesaikan tepat waktunya.
Pembuatan karya tulis ilmiah memang sedikit menyita waktu guru peserta, Pengurus MGMP sendiri mengalaminya karena untuk membuat tulisan satu pragraf saja diperlukan waktu beberapa jam lagi pula hanya dapat diselesaikan dalam kondisi konsentrasi yang tinggi, ditambah adanya kekhawatiran bahwa tulisan yang dibuat kurang baik dan akhirnya lebih memilih untuk tidak melakukannya. Suatu ketika pengurus MGMP menawarkan tagihan menulis karya tulis ilmiah, serentak guru peserta menjawab lebih memilih tugas lain ketimbang membuat karya tulis ilmiah, meskipun mereka mengetahui bahwa tugas ini bagian dari pengembangan keprofesiannnya sehingga tidak dapat dihindari, namun katanya itu nanti jika sudah sangat mendesak.
Untuk keluar dari permasalahan ini, pengurus MGMP berpendapat bahwa mereka tidak perlu lagi diberikan kata-kata penyemangat atau kata-kata motivasi karena sudah sangat mengetahui manfaat dari membuat karya tulis ilmiah dalam rangka akan diberlakukannya Permenpan Nomor 16 tahun 2009 tentang angka kredit guru dan reformasi birokrasi pada tahun 2013 yang menyatakan bahwa salah satu syarat untuk dapat diangkat dalam pangkat minimal golongan IIIc, maka guru harus dapat mengumpulkan angka kredit dari publikasi ilmiah dalam bidang pendidikan.
Sangat penting materi pembuatan karya tulis ilmiah, namun lebih penting lagi jika guru peserta diberikan latihan membuat karya tulis ditempat pertemuan rutin, sehingga pengurus MGMP IPA kecamatan Luwuk berkesimpulan bahwa untuk dapat keluar dari permasalahan ini, maka guru peserta perlu dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4 orang guru, sehingga tagihan ini tidak lagi menjadi tagihan individu melainkan tagihan kelompok dan cara penyelesaiannyapun secara bersama-sama ditempat pertemuan rutin. Masalahnya kemudian dari mana mereka dapat memperoleh sumber referensi, maka disepakati agar mereka menyiapkan laptop yang dapat terhubung dengan internet dan kebetulan secretariat MGMP IPA kecamatan Luwuk di SMP Negeri 2 Luwuk yang selama ini dijadikan sebagai tempat pertemuan rutin memiliki jaringan internet. Dengan cara ini ternyata berhasil, tidak lebih dari 3 jam setiap kelompok berhasil membuat tulisan, meskipun tulisannya sangat sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan.          
Berdasarkan ulasan tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa masalah pokok pengurus MGMP IPA kecamatan Luwuk adalah sulit mengumpulkan tugas atau tagihan tepat waktu. Solusi yang ditempuh adalah (1) Memberikan motivasi dan dorongan semangat secara berkala kepada seluruh guru peserta setiap akhir kegiatan, (2) Mengelompokkan guru peserta dalam kelompok kecil beranggotakan 4 orang anggota, lalu duduk bersama menyelesaikan tugas, (3) Menyiapkan fasilitas dan media yang dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut.











LAMPIRAN-LAMPIRAN

1.      DAFTAR HADIR PESERTA
2.      TAGIHAN CASE STUDY
3.      TAGIHAN KARYA TULIS ILMIAH











GrahaMulya Hotel, Palu City.
Dalam rangka konsolidasi pengurus program bermutu dalam hal  ini KKG, MGMP, KKKS, MKKS, FKKS, FMGMP, FKKKS, dan FMKKS di empat kabupaten yaitu Donggala, Parigi Moutong, Poso dan Banggai, maka Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Sulawesi Tengah sebagai penanggung jawab program melaksanakan kegiatan dengan tema Dengan Simposium Program BERMUTU kita tingkatkan profesionalitas guru dilaksanakan tanggal 12 sampai dengan tanggal 14 desember 2012 di Graha Mulya Hotel/Citra Mulya Hotel Palu.
Lomba yang diikuti oleh kelompok-kelompok tersebut di atas dibagi menjadai tiga kelompok lomba yaitu lomba mengajar, lomba pembuatan naska dan presentasi best practice, dan lomba pembuatan Jurnal/Buletin kegiatan untuk kelompok forum.
Saya sendiri sebagai penulis mengikuti lomba penulisan dan pemaparan karya best practice dan sampai saat ini (pukul 20.45) tanggal 13 belum mengatahui hasil dari lomba tersebut, namun saya sangat terharu karena peserta lomba usianya rata-rata separuh baya namun memiliki semangat dan motivasi yang kuat dalam mengikuti lomba sampai selesai.
Banyak pengalaman berharga yang saya peroleh dari kegiatan ini mulai dari kesiapan penyelenggara sampai pada materi lomba.
Panitia lomba terkesan memaksakan kegiatan lomba karena peserta seakan-akan dipaksakan mengikuti lomba meskipun mereka tidak memiliki persiapan karena mereka datang dengan tujuan mengikuti simposium sehingga mereka harus membuat naska best practice dalam waktu kurang dari 6 jam. Bagaimana Hasilnya? tentu sudah dapat dibayangkan yang pastinya....
Sayang dalam lomba tersebut tidak disediakan waktu untuk tanya jawab, sehingga  yang disampaikan oleh peserta sulit menyimpulkan keliru atau benar. Namun yang pasti pemaparan best practice yang saya ikuti lebih banyak bermuatan konsep atau teori ketimbang pengalaman peserta bahkan ada yang memaparkan langkah-langkah kegiatan PTK....
ishak..


Jumat, 20 Juli 2012



Dengan berpedoman pada kelender pendidikan yang dikeluarjkan oleh dinas pendidikan pemuda dan olahraga kabuoaten Banggai, maka sejak tanggal 19 Juli 2012 untuk wilayah kabupaten banggai dapat meliburkan peserta didik untuk seluruh tingkatan pendidikan.
Tanpa basa-basi, sebagian besar sekolah yang ada di kabupaten Banggai langsung saja meliburkan peserta didiknya, karena kemungkinan harapan mereka bulan ramadhan dapat fokus menjalankan ibadah puasa.
Jika kita cermati kalender pendidikan yang dirilis oleh dinas pendidikan pemuda dan olahraga kabupaten Banggai, sangat rentang pada tidak tercapainya proses pembelajaran minimal yang mana dalam permendiknas no 22 tahun 2007 diamanatkan bahwa proses pembelajaran minimal 34 minggu dalam satu tahun kelender pendidikan, dan jika satuan pendidikan tidak tanggap dalam menyikapi kelender pendidikan tersebut (meramu dan melakukan analisis lebih dalam sebelum memutuskan libur), maka dipastikan 34 minggu dalam setahun tidak dapat terwujud.